Kali ini saya akan menshare sebuah artikel yang cukup bagus untuk para mahasiswa yang baru lulus kuliah. Lulus kuliah memang salah satu hal yang sangat diinginkan olehh setiap mahasiswa tak terkecuali saya, tapi ternyata saat waktu itu tiba mungkin beberapa di antara kita termasuk saya bingung menetukan pilihan apa yang akan dilakukan selanjutnya. Mencari kerja pun saat ini bisa dibilang cukup sulit apalagi jika kita membidik perusahaan-perusahaan yang bagus. Jika melanjutkan S2 rasanya malu untuk terus menerus membebani orang tua. Saya mungkin salah satu yang beruntung, karena mendapat tawaran fast track di Universitas saya hingga saya bisa menempuh S1 dan S2 hanya kurang lebih selama 4 tahun 4 bulan. Tapi, kegalauan lainnya muncul. Problematika itu adalah apakah saya dapat dengan mudah mendapat pekerjaan dengan tittle akademik saya akan tetapi tanpa memiliki pengalaman? mungkin jawbannya bisa iya bisa tidak, Jika saya berniat melamar pekerjaan sebagai seorang dosen atau pendidik mungkin jawabannya iya, tapi jika yang saya tuju adalah perusahaan-perusahaan besar saya juga sedikit meragukan. Dengan kelebihan tittle akademik saya mungkin saat melamar pekerjaan saya mempunyai nilai plus dibanding para pesaing yang tittlenya S1, akan tetapi kadang pengalaman menjadi point lebihi penting. Nah, ini semua kembali kepada diri kita masing-masing bagaimana kita "menjual diri" kita pada perusahaan yang kita tuju. Agar value kita lebih maka kita harus mempunyai skill yang lebih baik. Selain itu tentunya usaha dan doa.
Kembali ke topik utama, tujuan tulisan saya kali ini akan menshare sebuah artikel yang cukup memberi pencerahan dan pertimbangan. Saya kutip artikel ini dari: klik disini.
Nah ini adalah artikelnya:
Apakah selepas skripsi selesai kamu sudah bisa bebas dari kegalauan hidup?Jawabannya: tidak. Setelah bebas dari dilema mahasiswa tingkat akhir kamu masih harus dihadapkan pada pilihan hidup yang akan sangat berpengaruh bagi masa depanmu: lanjut kuliah S-2 atau kerja?
Ada yang bilang, langsung lanjut sekolah aja karena otak masih segar. Tapi ada juga yang menyarankan untuk langsung turun ke dunia kerja dan cari pengalaman sebanyak-banyaknya. Bingung gak tuh? Kali ini Hipweeakan paparkan keuntungan dan kekurangan dari masing-masing pilihan.
Dilema Para Fresh Graduates Dalam Perjuangan Mencari Kerja
Hampir semua orang yang sudah lulus kuliah hanya akan lega di hari wisudanya. Rasanya semua perjuangan terbayar di hari perayaan tersebut. Tapi keesokan harinya pertanyaan mulai bermunculan di kepala,
“Udah lulus nih. Udah dapat gelar. Terus harus ngapain?”
Biasanya para sarjana baru akan akrab dengan job fair dan berbagai laman rekrutmen pegawai. Dari kehidupan mahasiswa yang nyaman, secara tiba-tiba kamu yang baru lulus akan dihadapkan pada status baru sebagai pengangguran dan pencari kerja.
Menurut Recruitment Beast, sebuah perusahan rekrutmen dari Filipina, setidaknya ada 3 dilema yang dihadapi oleh mahasiswa yang baru saja lulus kuliah:
- Pekerjaan impianmu mensyaratkan pengalaman kerja minimal 2 tahun. Dapat pengalaman dari mana coba, kamu kan baru lulus kuliah!
- Persaingan untuk lulusan baru sangat ketat. Jumlah pekerjaan tidak sebanding dengan angkatan kerja yang lulus setiap tahunnya.
- Gaji yang ditawarkan jauh dibawah ekspektasi.
Ini membuat banyak lulusan baru banting setir untuk mengambil pendidikan lanjutan di tingkat Master.
Sebenarnya S-2 Akan Membentukmu Jadi Apa?
Sebelum membahas kelebihan dan kekurangan bekerja atau melanjutkan pendidikan S-2 selepas lulus, mari kita lihat dulu apa yang ditawarkan oleh pendidikan lanjutan di tingkat Master. Berbeda dengan pendidikan tingkat sarjana yang mencetak mahasiswa untuk mengerti dan mengaplikasikan pengetahuan yang dihasilkan orang lain, mahasiswa S-2 dituntut untuk jadi salah satu produsen ilmu pengetahuan.
Di awal pendidikan, mahasiswa S-2 akan dihadapkan pada berbagai kelas yang harus diambil. Kegiatan belajar di kelas akan lebih didominasi aktivitas diskusi, dibanding mendengarkan ceramah dari dosen. Sebagai mahasiswa pasca sarjana kamu dituntut aktif melakukan pembelajaran secara mandiri.
Pada 1-2 semester terakhir, aktivitas mahasiswa pascasarjana akan lebih banyak terfokus pada kegiatan riset. Pengetahuan yang lebih mendalam tentang bidang studi yang sedang kamu geluti tidak akan datang dari kelas, melainkan dari aktivitas langsung di lapangan.
Kamu akan punya kesempatan untuk bekerja bersama dosen dalam menyelesaikan sebuah riset. Mahasiswa Pascasarjana juga memiliki kesempatan luas untuk magang di berbagai organisasi.
Secara garis besar, pendidikan di tingkat Master memang mempersiapkan seseorang untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman profesional lewat proses riset dan pembelajaran yang dilakukan secara mandiri.
Apakah Pendidikan Pascasarjana Akan Menjamin Karirmu Lebih Cemerlang?
Steve Icampo, manajer of Worldwide Staffing di Amphenol Corporation, dalam sebuah wawancara menyatakan bahwa pendidikan Pascasarjana tidak akan serta merta menjamin kesuksesan seseorang.
“You should not assume that education will get you to where you want to go; what will get you there is you.” (Jangan pernah punya asumsi bahwa pendidikan akan membawamu mencapai impian. Yang membuatmu bisa mencapainya adalah kamu sendiri.)
Sebelum seseorang memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat Master, menurut Icampo, ada baiknya orang tersebut memiliki pengalaman kerja terlebih dahulu. Pengalaman kerja yang dibarengi dengan pendidikan akan membuat seseorang makin ahli di bidang yang ditekuninya.
Dalam wawancara yang sama, Icampo mengingatkan para calon pencari kerja yang berniat melanjutkan pendidikan ke jenjang pascasarjana untuk terus bertanya kepada diri mereka sendiri, dan tetap membekali diri dengan pengalaman kerja:
“Bayangkan hal apa yang ingin kamu lakukan setelah lulus. Kamu harus bisa membuktikan ke pasar persaingan pencari kerja bahwa kamu punya kelebihan yang dibutuhkan oleh perusahaan.Kamu tidak akan pernah tahu hal yang bisa kamu jual dalam dirimu kalau kamu tidak benar-benar mencarinya. Dan terkadang, satu-satunya cara untuk mencari dan menemukan itu adalah dengan bekerja”.
Pendapat lain datang dari Hannes Vedin, konsultan HRD senior untuk Perusahaan Capgemini dari Swedia. Menurutnya, ada perbedaan mendasar dalam keahlian lulusan program Sarjana dan program Pascasarjana.
“Kebanyakan lulusan Master lebih dewasa dalam menghadapi dinamika di dunia kerja. Mereka juga lebih luwes menerjemahkan pengetahuan yang mereka miliki kedalam sebuah aksi nyata.Punya gelar Master memang menguntungkan, tapi perusahaan juga tertarik untuk mendapatkan orang dengan passion yang kuat. Saat ada orang dengan ambisi dan passion yang sesuai dengan perusahaan, semangat yang dia miliki setara dengan gelar Master yang barangkali belum didapatnya”.
Dari pendapat praktisi diatas bisa disimpulkan bahwa meskipun pendidikan Pascasarjana bisa membawa keuntungan dalam proses mencapai karir impian, tapi dia bukanlah segalanya. Keahlian teknis dan passion yang kuatlah yang akan lebih menentukan kesuksesanmu.
S-2 Itu Sah-Sah Saja, Asal Bukan Ini Alasannya
Berkomitmen menempuh pendidikan pascasarjana tentunya butuh usaha ekstra. Tidak hanya komitmen finansial, kamu juga perlu menguatkan diri untuk menghadapi gempuran tugas yang pastinya lebih menantang dibandingkan tugas-tugas yang kamu hadapi di jenjang sarjana.
Sebelum membenamkan kaki di medan perjuangan mahasiswa pasca sarjana, coba yakinkan diri dulu: “Apakah kamu memang ingin belajar lagi?“. Keputusan untuk menempuh pendidikan lanjutan tentunya oke banget, selama alasannya bukan ini:
- Kamu hanya ingin menghindar dari kewajiban mandiri secara finansial
- Kamu ingin lepas dari persaingan pencarian kerja yang sangat ketat
- Sekolah pascasarjana hanya pelarian untuk keluar dari pekerjaanmu yang membosankan
- Sekolah lagi hanya jadi alat untuk mewujudkan impian tinggal di luar negeri (kamu bisa menabung dan traveling saja, tanpa harus investasi waktu dan pikiran bertahun-tahun)
- Kamu tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan hidupmu, sehingga mengambil keputusan untuk sekolah lagi
Kalau 5 alasan diatas adalah pendorong keinginanmu melanjutkan pendidikan, maka sebaiknya pikir-pikir lagi deh. Daripada membuang waktu untuk lari dari masalah dengan S-2, masih banyak kok cara lain yang lebih elegan untuk menghadapinya.
Kalau Habis Lulus Mau Langsung Kerja, Emangnya Bisa?
Siapa bilang orang yang baru lulus kuliah tidak punya kesempatan untuk dapat pekerjaan? Walau hampir semua lowongan mensyaratkan sudah punya pengalaman kerja tetap ada cara kok untuk mengakalinya:
- Mendaftarlah ke posisi Management Trainee (MT), di posisi ini kamu akan mendapatkan pelatihan langsung dari perusahaan untuk disiapkan menjadi calon manajer.
- Jangan langsung patah arang saat ada lowongan yang mensyaratkan pengalaman kerja. Kalau kamu memang yakin bisa, daftar saja. Perusahaan akan tetap mempertimbangkan aplikan yang memang passionate.
- Yakinkan perusahaan bahwa kamu adalah pribadi yang siap latih. Walau kamu belum punya pengalaman kerja, tapi keinginan untuk berlatih bisa jadi kekuatanmu.
- Kenali kemampuan dan aset yang kamu miliki. Jangan lupa juga untuk memanfaatkan semua koneksi yang sudah terjalin selama ini.
- Cari tahu standar gaji di bidang pekerjaan yang kamu incar. Ini penting agar kamu tidak kaget dan punya pertimbangan rasional saat bernegosiasi soal gaji.
- Lihat kesempatan karir yang ditawarkan oleh pekerjaanmu. Walau awalnya gajimu kecil, bukan berarti karirmu tidak akan berkembang kan?
Jadi gimana nih menurutmu? Lebih baik langsung kerja, atau lanjut S-2 dulu selepas lulus kuliah? Semua pilihan punya kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Akhirnya, semua keputusan kembali ke tanganmu. Semoga berhasil!
bagaimana artikelnya? cukup memberi pencerahan dan pertimbangan kan? mudah-mudahan artikel ini dapat membantu kita dalam menentukan pilihan.