Fixed cost = sunk costs + avoidable
fixed cost
Sunk cost atau biaya tenggelam, atau
biaya tertanam adalah biaya yang telah terjadi dan tidak dapat dihindari pengeluarannya
apapun keputusan yang dibuat. Sunk cost ini bukan merupakan fixed cost tetapi
tidak bisa dihindarkan pengeluarannya atau dikurangi seperti variable cost. Jadi,
biaya ini harus tetap dikeluarkan dan seberapa besar produksi yang akan kita
lakukan biaya ini besarnya tetap dan tidak dapat dihindari. Sunk cost juga dapat diartikan biaya yang diinvestasikan oleh pelaku bisnis yang tidak bisa diharapkan kembali lagi jika bisnisnya gagal. Contoh dari sunk
cost adalah penyusutan, biaya investasi awal, biaya sewa yang telah dipakai, pembelian peralatan tetapi tidak terpakai, PBB dan gaji manajer kontrak.
Contoh kasusnya adalah ketika perusahaan ingin melakukan investasi untuk kegiatan operasional perusahaan dengan membeli mobil seharga 200 juta setahun yang lalu, apapun yang perusahaan lakukan saat ini tidak akan membuat harga mobil itu seperti harga perolehan awal dan setiap tahunnya akan mengalami penyusutan lalu apabila perusahaan menjual mobil tersebut seharga 180 juta maka kerugiaanya 20 juta itu yang disebut sunk cost. Perusahaan tidak dapat menghindari biaya penyusutan atau kerugian menjual mobil tersebut, biaya yang telah dikeluarkan dan tidak dapat dikembalikan lagi ini yang disebut sunk cost.
Contoh kasus lainnya adalah, jika seorang pengusaha ingin mendirikan perusahaan kelapa sawit, dana investasi untuk membangun perkebunan kelapa sawit inilah yang disebut sunk cost. Selain itu, biaya survey dan penelitian yang dilakukan oleh perusahaan dimasa lalu juga dapat digolongkan dalam sunk cost, karena biaya ini dikeluarkan diinvestasikan dimasa yang lalu dan tidak bisa diharapkan kembali jika bisnis itu gagal.Contoh lain sunk cost yang tidak bisa dihindarkan biayanya dan harus dikeluarkan adalah biaya sewa yang telah terpakai dan pembayaran PBB, biaya keduanya harus tetap dikeluarkan dalam kondisi bagaimana pun dan biaya-biaya yang telah dikeluarkan tersebut tidak bisa diharapkan kembali jika perusahaan rugi atau shutting down.
Contoh kasusnya adalah ketika perusahaan ingin melakukan investasi untuk kegiatan operasional perusahaan dengan membeli mobil seharga 200 juta setahun yang lalu, apapun yang perusahaan lakukan saat ini tidak akan membuat harga mobil itu seperti harga perolehan awal dan setiap tahunnya akan mengalami penyusutan lalu apabila perusahaan menjual mobil tersebut seharga 180 juta maka kerugiaanya 20 juta itu yang disebut sunk cost. Perusahaan tidak dapat menghindari biaya penyusutan atau kerugian menjual mobil tersebut, biaya yang telah dikeluarkan dan tidak dapat dikembalikan lagi ini yang disebut sunk cost.
Contoh kasus lainnya adalah, jika seorang pengusaha ingin mendirikan perusahaan kelapa sawit, dana investasi untuk membangun perkebunan kelapa sawit inilah yang disebut sunk cost. Selain itu, biaya survey dan penelitian yang dilakukan oleh perusahaan dimasa lalu juga dapat digolongkan dalam sunk cost, karena biaya ini dikeluarkan diinvestasikan dimasa yang lalu dan tidak bisa diharapkan kembali jika bisnis itu gagal.Contoh lain sunk cost yang tidak bisa dihindarkan biayanya dan harus dikeluarkan adalah biaya sewa yang telah terpakai dan pembayaran PBB, biaya keduanya harus tetap dikeluarkan dalam kondisi bagaimana pun dan biaya-biaya yang telah dikeluarkan tersebut tidak bisa diharapkan kembali jika perusahaan rugi atau shutting down.
(kurva sunk cost)
Dalam keadaan untung atau rugi, sunk
cost ini tidak dapat dihindarkan dan tetap harus dikeluarkan maka dari itu pengaruh sunk
cost terhadap perusahaan adalah, jika sunk cost yang dikeluarkan oleh
perusahaan semakin besar maka fixed cost perusahaan akan semakin besar pula karena seperti yang telah disebutkan sebelumnya :
fixed cost = sunk cost + avoidable cost
Seperti yang ditunjukan oleh kurva diatas pula, semakin tinggi sunk cost maka total project costnya pun akan semakin tinggi pula, jika profitnya rendah maka ini akan mengakibatkan kerugian bahkan akan menimbulkan shutting down perusahaan. Selain itu, jika sunk cost yang dikeluarkan oleh perusahaan semakin besar maka resiko kerugian yang dialami perusahaan akan semakin besar pula. Karena sunk cost itu biaya yang telah dikeluarkan dan berharap
dapat dikembalikan melalui laba atau profit perusahaan, jadi jika perusahaan dalam
kondisi rugi atau bahkan shutting down dalam
arti pendapatan perusahaan negative (rugi) maka sunk cost yang telah
dikeluarkan tidak akan dapat dikembalikan, jika dapat dikembalikan pun dengan
menjual asset perusahaan tersebut biaya yang kembali tidak akan sama dengan
biaya yang dikeluarkan. Sunk cost juga akan mempercepat shutting down sebuah perusahaan, karena saat pendapatan yang
diperoleh negative perusahaan harus tetap mengeluarkan biaya ini.
Link Dosen : Dr. Prihantoro
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan beri komentar Anda :