Pemanfaatan kulit hewan untuk kepentingan manusia berjalan searah dengan perkembangan peradaban manusia. Dari keseluruhan produk sampingan hasil pemotongan ternak, maka kulit merupakan produk yang memiliki nilai ekonomis yang paling tinggi. Berat kulit sapi, kambing, dan kerbau memiliki kisaran 7-10% dari berat tubuh. Secara ekonomis, kulit memiliki harga berkisar 10-15% dari harga ternak.
- Permintaan dan Penawaran Kulit Sapi dan Kambing
Kebutuhan kulit di Indonesia terus meningkat seiring dengan pertumbuhan industri kulit di tanah air. Meski banyak alternatif kulit hewan dipasaran untuk dijadikan bahan baku produk, kulit kambing dan domba masih menduduki peringkat permintaan tertinggi. Kualitas prima menjadi alasan utama kulit itu diminati. Tak hanya pasar dalam negeri, permintaan dari luar negeri terus berdatangan. Bahkan, dari negara-negara di Eropa dan Amerika.
Banyaknya permintaan kulit hewan ini digunakan untuk industri seperti jaket, sepatu, tas, dan kerajinan tangan. Untuk mendapatkan bahan baku biasanya pengusaha langsung datang ke tempat pemotongan hewan atau sejenisnya. Pengusaha biasanya membeli dalam jumlah yang banyak, tapi terkadang dalam mencari bahan baku pengusaha mendapat kesulitan yaitu sulitnya mendapatkan bahan baku yang baik dan bermutu. Tapi hal tersebut dapat diatasi dengan memperluas area untuk mendapatkan bahan baku tersebut.
Harga kulit hewan ini bervariasi sesuai dengan mutu dari kulit tersebut. Biasanya penawaran dan permintaan kulit hewan seperti domba, kambing, sapi, dan kerbau meningkat saat Hari Raya Idul Adha. Banyaknya hewan kurban yang disembelih pada saat Hari Raya Idul Adha tahun ini membuat kulit hewan kurban banyak diburu. Dalam satu lembar kulit kambing penjual menghargainya berkisar antara Rp 35.000,- sampai Rp 45.000,-. Sedangkan untuk harga kulit sapi penjual menghargainya antara Rp 11.000,- sampai Rp 12.000,- setiap per kilogramnya. Setiap Idul Adha rata-rata penjual bisa memperoleh 2000 sampai dengan 3000 lembar kulit, baik kulit kambing maupun kulit sapi.
Sebelum diolah menjadi bahan industri atau kerajinan, kulit harus melalui proses pengawetan terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan struktur dan keadaan kulit, untuk tujuan penyimpanan dalam waktu yang relatif lama, dan agar kulit dapat dikelompokan menurut besar dan kualitasnya. Dan proses pengawetannya dapat dengan bermacam cara, seperti penggaraman dan pemakaian zat kimia.
2. Potensi dan Karakteristik Bisnis Kulit di Indonesia
Potensi bisnis kulit di Indonesia masih sangat besar, hal ini disebabkan masih sedikitnya industri besar yang mengolah secara intensif. Kalaupun ada kapasitasnya belum mampu memenuhi permintaan pasar. Sebagai contoh industri kulit hanya mampu menghasilkan 350.000.000 sqft/tahun sedangkan permintaan untuk industri alas kaki maupun untuk barang jadi sebesar 673.000.000 sqft/tahun sehingga setiap tahunnya terjadi kekurangan 323.000.000 sqft. Selain masih sedikitnya industri besar yang mengolah secara intensif bisnis ini, sulitnya bahan baku menjadi faktor masih besarnya peluang bisnis ini.
Secara umum karakteristik industri kulit dan produk kulit ini antara lain sebagai berikut :
- Padat Karya, bahwa industri kulit dan produk kulit memerlukan tenaga kerja terampil dan ahli dari perkulitan
- Padat Modal, artinya bahwa dalam pendirian industri kulit dan produk kulit memerlukan modal yang cukup besar untuk pembelian mesin-tenaga, tanah, dan SDM yang ahli dalam perkulitan
- Padat Teknologi, artinya bahwa dalam proses produksinya kulit dan produk kulit memerlukan beberapa tahapan seperti dalam proses penyamakan, proses pewarnaan, proses penghalusan, dan proses dalam finishing yang kesemuanya merupakan tahapan yang menggunakan teknologi
- Industri kulit dan produk kulit termasuk industri yang tidak ramah lingkungan, terutama dampak lingkungan yang disebabkan dalam proses penyamakan menjadi kulit jadi. Dimana prosesnya menggunakan bahan baku kimia yang cukup berbahaya
- Dilihat dari karakternya kapasitas industri kulit dan produksi kulit terdiri dari industri kecil, industri menengah, dan besar. Untuk kapasitas produksi IKM rata-rata sebesar 250.000 sqft per tahun sedangkan industri besar rata-rata sebesar 20.000.000 sqft per tahun.
Sumber :
- Karakteristik Industri Kulit di Indonesia
- Teknologi Pengawetan dan Pengolahan Kulit
- Kulit Domba dan Kambing Jadi Primadona
- Pengepul Kulit Meningkat
Kelompok 15 : Ely Puji Setianingsih & Ayu Mulyaningsih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan beri komentar Anda :